Ratusan warga mengungsi ke gedung olahraga sebuah sekolah, setelah tsunami melnghancurkan rumah mereka di Sendai, Jepang Utara, (14/3). AP/David Guttenfelder

TEMPO Interaktif, Washington – Departemen Keuangan Amerika Serikat mengaku sejak Minggu (13/3) kemarin memantau pergerakan pasar finansial Jepang secara dekat setelah gempa dan tsunami melanda negeri Matahari Terbit itu Jum'at pekan lalu. Mereka menjamin sistem transaksi tetap berjalan normal.
“Kami telah dijamin oleh mitra di Jepang, bahwa sistem transaksi dan pembayaran tetap berjalan normal, walau, mungkin sementara ini uang kas di daerah yang terkena dampak akan berkurang,” ujar juru bicara Departemen Keuangan Amerika Serikat.
Masih belum jelas apa dampak yang akan ditimbulkan dari gempa dan tsunami terhadap hasrat dari para investor. Pihak berwenang Jepang masih menangani kerusakan yang ditimbulkan dari gempa dan tsunami.
Sementara itu, Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, mengatakan rekonstruksi paska gempa dan tsunami ini menggangu proses pemulihan hutan negaranya. Beban keuangan negara akan bertambah karena Perdana Menteri gagal membujuk partai oposisi untuk mengizinkan pemerintah menjual devisit obligasi finansial. Untuk sementara Jepang akan menggunakan dana sekitar US$ 2,1 miliar dari dana fiskal yang berakhir pada 31 Maret.
Sejauh ini pasar obligasi Jepang gagal untuk memberikan sinyal kepada prospek fiskal, dengan lebih dari 90 persen hutang pemerintah dimiliki oleh investor domestik yang dipimpin perusahaan finansial.
Departemen Keuangan Jepang, memproyeksikan pada Januari hutang pemerintah akan meningkat 5,8 persen ke angka US$ 12,2 triliun yang merupakan rekor, dimulai pada 1 April ini.
Untuk mempertahankan stabilitas finansial, Gubernur Bank Jepang, Masaaki Shirakawa mengatakan bank sentral akan menyediakan dana likuiditas yang besar. Daerah Tohoku di utara Jepang yang terkena dampak terburuk dari bencana, merupakan tempat dari pabrik-pabrik industri mobil sampai bir. Tohoku juga memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir yang menurut pemeritah beresiko akan rusak setelah terjadi ledakan.
Menurut ekonom, pabrik-pabrik yang ditutup, listrik yang dipadamkan, dan imbas dari keyakinan konsumen di Jepang mungkin menuruntkan GDP Jepang dalam beberapa bulan ke depan.



0 komentar:

Posting Komentar



Cloud Widget

Search This Blog

Alexa

About Me

Muhammad Ilham Ad Dimaky
Jakarta, Jakarta Timur, Indonesia
Ya Allah... Aku memohon cinta-Mu... cinta orang yang mencintai-Mu... dan cinta akan perbuatan... yang dapat mendekatkan diriku... kepada cinta-Mu... (HR At-Tirmidzi)
Lihat profil lengkapku

Followers

ilham.addimaky@gmail.com. Diberdayakan oleh Blogger.